Sering kali seseorang atau perusahan melakukan efisiensi dengan dalih untuk menekan pengeluaran. Kebijakan kebijakan baru muncul guna memangkas besaran anggaran yang dikeluarkan. Tindakan efisiensi menurut saya kurang tepat, dan langkah yang paling tepat adalah optimalisasi.
Seperti pengalaman saya, sejak tahun 2011 gaji saya tidak naik, dengan alasan gaji saya sudah diatas UMK. Saya sudah melakukan pendekatan dengan bertanya kepada bagian SDM PLN Tanjung Jati B, dan bicara langsung kepada Bapak Deden Yusuf Ansori dari pihak PT. Haleyora Powerindo, namun sampai hari ini hasil nya nol...
Dengan keadaan tersebut saya melakukan efesiensi disemua hal, semua kebutuhan harian dari mulai sabun mandi, sampai susu anak saya potong anggarannya. Dari merek A jadi Z, dari kualitas sedang jadi kualitas abal abal. Namun tidakan efesiensi itu hanya terasa di awal saja, kebutuhan terus bertambah cara atau tindakan efesiensi sudah tidak lagi berguna. Jalan satu satu untuk memperbaiki keadaan adalah optimalisasi. Bagaimana saya mengoptimalkan kemampuan saya, dan bagaimana mengoptimalkan pendapatan saya.
Begitu juga dengan perusahaan, perusahaan yang melakukan efisiensi dengan membeli spare part yang tidak recomended, membeli alat alat kantor dengan kualitas yang kurang baik dan lain lain justru berisiko terjadinya kerugian. Efisiensi dengan membatasi atau mengurangi fasilitas seperti fasilitas kesehatan dan kesejahteraan karyawan juga bisa berdampak pada menurunnya kinerja karyawan. Bahkan bukan tidak mungkin seorang karyawan cerdas dan memiliki talenta akan hengkang dan berpindah pada perusahaan lain yang mampu membayar lebih tinggi. Padahal karyawan yang 'unggul' adalah aset termahal sebuah perusahaan.Apalagi kita sudah masuk dalam Masyarakat Ekonomi Asean, kompetitor bukan lagi hanya perusahaan dalam negeri saja tapi seluruh Asia.
Stop efisiensi lakukan optimalisasi mari menuju kehidupan yang lebih baik.
0 komentar:
Post a Comment