Yang Pasti Ada Di Bulan Puasa Adalah Takjil, Seperti Apakah Takjil Yang Aman di Konsumsi

Di bulan Ramadan, tentunya orang-orang akan bepergian keluar rumah menjelang buka puasa untuk membeli makanan takjil. Meski demikian, ternyata tak semua makanan takjil aman untuk dikonsumsi. Bahan-bahan nonpangan yang terdapat dalam takjil bisa berbahaya bagi tubuh, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Berikut adalah ciri-ciri makanan takjil yang tak aman dikonsumsi.


1. Warna

Makanan takjil yang berwarna mencolok biasanya menggunakan pewarna tekstil, bukan pewarna alami. Pewarna tekstil ini memberikan warna pekat meski digunakan sedikit saja, sehingga lebih murah dan menguntungkan bagi produsen. Contohnya adalah rhodamin B dan metanil yellow. Jika menggunakan pewarna makanan atau pewarna alami, warnanya cenderung agak pucat.

2. Bau, Tekstur dan Rasa

Makanan yang menggunakan bahan kimia terkadang meninggalkan rasa pahit di lidah. Baunya juga menyengat khas bahan kimia. Selain itu, makanan yang menggunakan pengawet atau pengenyal seperti boraks dan formalin, saat ditekan teksturnya terasa kenyal tak wajar.

3. Harga

Harga makanan takjil yang murah patut diwaspadai. Jangan mudah tergiur dengan harganya yang murah, karena bisa saja harga yang lebih rendah dari biasanya digunakan sebagai taktik menarik para pelanggan. Para pedagang tetap mendapat untung karena bahan-bahan yang mereka gunakan biasanya sangat murah namun bisa jadi berbahaya bagi tubuh.

4. Kemasan

Jika Anda membeli takjil, jangan mau jika pembungkusnya berupa plastik kresek, terutama yang berwarna hitam. Sebab, plastik ini bisa didaur ulang, dan proses daur ulang itu tanpa diketahui riwayat penggunaan sebelumnya. Belum lagi dalam pembuatannya sering ditambahkan antioksidan atau pewarna. Selain itu waspadai juga makanan dengan kemasan kertas koran, karena tinta yang terdapat pada koran itu bisa mengandung timbal berbahaya. Bahan berbahaya yang ada pada plastik kresek dan kertas koran bisa mudah menyerap makanan berupa gorengan atau bakso.
Share on Google Plus

About Ahmad Mubarok

0 komentar:

Post a Comment